JAKARTA - Ratusan pemuda dari 37 negara berkumpul di untuk berdiskusi tentang perubahan iklim dunia, dan membuat resolusi penanganannya.
Mereka merupakan para peserta International Youth Conference (IYC) di Yogyakarta. Konferensi ini diprakarsai oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Deputi Menpora Bidang Pemberdayaan Pemuda Alfitra Salam mengatakan, IYC merupakan wadah pemuda yang peduli climate change (perubahan iklim). "Mereka saling berbagi pengalaman terhadap apa yang sudah dilakukan melalui dialog dan kesepahaman bersama. Dengan demikian, diharapkan terbangun jejaring dan komitmen untuk ikut serta menjaga lingkungan," kata Alfitra seperti dinukil dari situs UGM, Selasa (22/2/2011).
Konferensi yang dibuka di Hotel Saphir, Yogyakarta, ini juga mengenalkan bencana erupsi Merapi kepada para peserta, sehingga mereka bisa mengetahui dan mengambil banyak pelajaran dari bencana yang ada di Indonesia.
Pada hari pertama konferensi, para peserta berkesempatan menyampaikan ide dan pengalaman mereka dalam aktivitas peduli perubahan iklim. Kebanyakan peserta mengaku mendapat kesulitan dalam aksi kepedulian mereka. Tapi kegigihan dan keuletan akhirnya membuat masyarakat menyadari perjuangan mereka.
Total, ada 144 peserta. Negara yang berpartisipasi dalam IYC 2011 adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Brunai Darussalam, Vietnam, Singapura, Laos, Myanmar, Kamboja, Timor Leste, Korea Selatan, Hongkong, Filipina, Bangladesh, Malawi, Perancis, Ukraina, Suriname, Finlandia, Palestina, Afghanistan, China, Jepang, Rumania, Italia, Spanyol, India, Serbia, Madagaskar, Uganda, Gambia, Pakistan, Zimbabwe, Azerbaijan, Samoa, Seychelles, dan Yaman.
Perwakilan United Nation Information Center di Jakarta Michael Zacheo menyambut baik konferensi yang diharapkan menjadi langkah awal bagi pemuda untuk lebih peduli pada lingkungan dan perubahan iklim itu. "Masing-masing peserta nantinya bisa mempengaruhi pengambilan kebijakan dalam upaya penanganan perubahan iklim di negaranya," kata Zacheo.
Sumber : Okezone
Dari Andrian Fauzi - detikinet
Bandung - Tak mau kejayaan masa lampau sebagai pers alternatif terkikis zaman, pers mahasiswa terus mencari bentuk media baru. Internet pun menjadi sandaran untuk membuat media alternatif ini terus bersuara.
Seperti yang dilakukan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Jumpa, Universitas Pasundan Bandung. Di tengah riuhnya pers alternatif, Jumpa berusaha mencari bentuk barunya dengan mengembangkan media online.
Firman Hamdani, Ketua Umum LPM Jumpa Unpas saat berbincang dengan detikINET di sela acara Pelatihan dan Pendidikan Jurnalistik Dasar mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi jangan sampai mengikis eksistensi pers mahasiswa.
"Perkembangan teknologi yang demikian pesat harus kita ikuti. Jika tidak kita akan tertinggal. Kejayaan pers mahasiswa sebagai pers alternatif akan tergerus zaman," ungkapnya di Aula Unpas, Minggu (24/10/10).
Saat ini beberapa pers mahasiswa yang dulu mengandalkan media cetak, mulai bergeser mengembangkan media onlinenya.
Namun, alternatif tersebut bukan tanpa kendala. Beberapa masalah yang muncul seperti konten dan konsistensi dalam mengisi konten masih mengganjal perkembangan pers mahasiswa.
"Menentukan konten yang menarik dan menjaga konsistensi masih menjadi kendala," katanya.
Sumber : detikinet.com
Blogger Mercu Buana
INAICTA WINNERS 2010 | E-Learning